Oleh Manfred Stoifl (Hearing Aid Acoustician) AAHA, Vienna, Austria
Tuna rungu adalah efek dari kehilangan pendengaran dan memiliki beberapa bentuk dan akibat.
Beberapa bentuk kehilangan pendengaran menghasilkan
perbedaan dalam tuna rungu. Namun, semua gangguan pendengaran memiliki satu hal
yang sama, bahwa kemampuan telinga untuk mengubah suara menjadi stimuli listrik
atau untuk menyambungkan stimuli ke otak terdapat gangguan.
Mengerti arti suara dan kemampuan untuk bekerja secara
cepat dan secara tidak sadar dengan informasi dari telinga merupakan kemampuan
pembelajaran/yang dibutuhkan. Proses otomatis dan dengan sengaja ini sangatlah
bergantung pada kejernihan dan input spektrum auditory penuh dalam bentuk
stimuli listrik, dengan resolusi setinggi-tingginya yang datang dari kedua
telinga dan latihan yang terus menerus sepanjang hidup kita.
Gangguan pendengaran datang saat otak kita tidak dapat
memberikan arti pada stimuli yang datang dari telinga. Ini dapat disebabkan
kerusakan dalam telinga, konduksi dari telinga ke otak atau otak tidak dapat
memberikan arti secara cepat dan akurat. Kemmungkinan besar ini merupakan
kombinasi dari semua 3 faktor tersebut dan waktu. Semakin sedikitnya resolusi sinyal,
semakin rumit tugas otak untuk memberikan arti khusus untuknya.
Biasanya gangguan pendengaran tidak akan menghasilkan
kecacatan, namun seiring berjalannya waktu lingkungan terasa menjadi kurang
bising dan suara yang pelan menjadi tidak terdengar. Ini berarti bahwa
pusat-pusat pendengaran di otak tidak memiliik masukan penting. Seiring
berjalannya waktu tingkatan gangguan pendengaran akan bertambah dan jumlah
informasi yang tersedia untuk otak menjadi berkurang. Hal ini menyebabkan prose
pusat menjadi kurang cepat dan kurang tepat disebabkan dengan kurangnya
pelatihan.
Awalnya hal ini dibuktikan dengan kurang mengerti
percakapan orang lain di situasi kebisingan atau dalam lingkungan akustik yang
berlawanan, atau menjadi cepat lelah dalam mendengarkan disituasi tersebut. Dengan
berjalannya waktu dengan atau tanpa bertambahnya gangguan pendengaran otak
menjadi lambat dan proses suara menjdai semakin buruk. Masalah yang awalnya
hanya terjada pada kondisi mendengar yang berlawanan menjadi semakin nyata.
Ini merupakan proses yang saling berkaitan. Semakin
kurangnya kita mendengar, menjadikan pusat mendengar dalam otak kita bekerja
lebih lambat dan kurang tepat. Semakin lambat dan kurang akuratnya pusat
pendengaran di otak, menjadikan ketidak mampuan mendengar menjadi semakin jelas
dan akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari dan dalam berkomunikasi.
Seiring berjalannya waktu, semakin banyaknya “kekuatan
otak” yang dibutuhkan untuk melakukan proses memberikan ari kepada suara,
menjadikan sebuah proses yang seharusnya terjadi dengan sendirinya menjadi
proses yang harus dilakukan tidak dengan sendirinya. Pada tingkat ini beberapa
mencoba untuk mengurangi efek dari gangguan pendengaran, pada awalnya memeang
berhasil, dengan tulisan. Hal ini tentunya cara mendengar yang sangat
melelahkan dan kurang efisien dan
akhirnya menjadikan seseorang perlahan menghindari percakapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar